Tulisan ini bukan tentang duniaku, melainkan tentang sebuah buku. Tentang dunia seorang gadis bernama Sophie Amundsend (ya, namanya sama denganku!) dalam buku berjudul ‘Dunia Sophie’. Buku yang sangat terkenal di Dunia, Best Seller International! Dan kau tahu mengapa? Karena ini adalah sebuah Novel Filsafat. Menjelaskan Sejarah filsafat yang bagiku sungguh rumit dengan dibungkus sebuah narasi cerita yang apik.

Sedikit deskripsi singkat mengenai buku ini:
Sophie seorang pelajar sekolah menengah berusia empat belas tahun. Suatu hari sepulang sekolah, dia mendapat sebuah surat misterius yang hanya berisikan satu pertanyaan: “Siapa kamu?”
Belum habis keheranannya, pada hari yang sama dia mendapat surat lain yang bertanya: “Dari manakah datangnya dunia?”
Seakan tersentak dari rutinitas hidup sehari-hari, surat-surat itu mempuat Sophie mulai mempertanyakan soal-soal mendasar yang tak pernah dipikirkannya selama ini. Dia mulai belajar filsafat

Buku ini juga menjadi salah satu alasan kenapa aku sekian hari tidak menulis. Aku membaca buku ini pertama kali saat duduk di  kelas XI, waktu itu tak sampai tamat karena terdistraksi oleh banyaknya tugas sekolah. Akhirnya, aku berusaha membaca lagi buku setebal 790 halaman yang belum sempat selesai waktu itu. Buku ini membuatku tidak bisa berhenti membacanya karena selalu penasaran dengan bagaimana akhir dari cerita petualangan Sophie (juga karena ketertarikanku pada filsafat).

Mind Blowing, kata yang tepat dalam mendeskripsikan reaksiku setelah membacanya. Banyak hal baru yang kudapat setelah mengenal sejarah pemikiran para filosof yang beranjak dari 3000 tahun yang lalu dan runtut sampai zaman kita sendiri.

Orang yang tidak bisa mengambil pelajaran dari masa tiga ribu tahun, hidup tanpa memanfaatkan akalnya. -Goethe

Buku ini kupinjam dari seorang kawan, tapi kayaknya sih sudah jadi hak milikku, hehe. Kenapa aku memutuskan membaca buku ini, karena bagiku filsafat adalah pengetahuan yang sangat penting. Berusaha menerka realitas, awal mula, moralitas, bahkan sifat alamiah manusia adalah hal yang begitu menyenangkan buatku.

Lalu, apakah itu membuatku jadi meragukan agama dan keberadaan tuhan? BIG NO. buktinya aku masih beriman kepada Tuhan dengan segenap hatiku, menghamba kepadanya dengan agamaku. Ada sebuah pepatah dari abad pertengahan yang kusuka : “Credo Quai Absurdum” yang berarti aku memercayainya karena ia tidak rasional.

Kenyataan yang harus kuterima adalah bahwa kita manusia, tidak bisa membuktikan eksistensi tuhan, begitupun sebaliknya, kita tidak bisa membuktikan ketidak adaan tuhan. Dan aku memercayai bahwa pada satu titik, suatu pasti berasal dari ketiadaan. Perasaan dan akalku setelah membaca buku ini bukannya malah meragukan tuhan, justru sebaliknya, aku malah mengimani adanya tuhan dengan segenap hatiku. Tidak ada yang tahu apa yang dihadapi manusia setelah kematian, dan agama menjawab itu. Aku meyakini betul bahwa agamaku merupakan agama yang diridhoi tuhan (semua orang beragama pasti begitu).

Walau di zaman yang katanya maju ini, banyak orang yang digolongkan pemikir bebas yang katanya sih ‘open minded’ bilang ini sungguh tidak masuk akal a.k.a terlalu dogmatis, aku tetap pada pendirian yang tersimpan dalam lubuk hati terdalam. Hal yang tidak kusuka dari orang-orang yang merasa sok ekslusif (dalam hal ini atheis dan theis) adalah memandang manusia dari segala embel-embel yang dianutnya. Padahal bagiku kita harus melihat manusia sebagai seorang manusia terlepas dari latar belakang agama, ras, suku, dan gender.

***

Buku Dunia Sophie sangat layak baca. Banyak sekali nilai yang terkandung didalamnya, setiap filosof satu dan filosof lainnya punya teori yang berbeda tentang kehidupan, dianjurkan untuk menggunakan akal yang sehat untuk menyaringnya.

Selamat Membaca!

Done, and I'm so happy that I have someone to share this with.