Pukul 3 pagi
Keajaiban mengalir melalui celah hati orang-orang penuh ironi. Mata yang terbuka tiba-tiba dipaksa menatap ke arah langit-langit. Ada sarang laba-laba yang baru kusadari telah ada disana, debu-debu ketombe dan sel kulit mati juga terbaring disana-sini. 3 hal yang kurasakan, otakku melakukan pekerjaan mengingat sangat baik, perasaanku melakukan pekerjaan berbicara lebih banyak, jantungku melakukan pekerjaan berdebar lebih cepat.
Aku mulai memejamkan mata lagi, berusaha tidak menggubris perasaanku yang menyadari bahwa kamar ini kian hari kian kering kerontang. Tidak seperti dulu, bersih rapi terurus oleh sebuah jasad organik bernama manusia.
Keajaiban mengalir lagi, celahnya bermuara pada kenyataan bahwa aku kembali ke suatu masa yang berirama, kebodohanku yang membuat canda tawa, perasaan cinta yang kukira takkan pernah ada matinya. Semua hal itu datang seketika aku memejamkan mata.
Aku buka lagi mataku walau aku tidak yakin aku punya, kali ini, dunia yang memandangiku penuh pilu. Aku harus apa?
Hari-hari terus berlanjut, walau hari-hari itu sama dengan saat aku memejam dan membuka mata. Di pejaman ke 33x, Aku baru sadar yang mengalir bukanlah keajaiban melainkan hukum alam.
Seberontak-berontaknya rasa berontak yang kupunya, rasa itu selalu bisa dipadamkan oleh siraman kenyataan bahwa aku tidak bisa memberontak hukum alam. Siapa sih yang punya otoritas bikin hukum seperti ini?
Kala itu, aku jatuh kebawah.
Aku dipaksa lahir, ditarik oleh suatu hal yang bernama gravitasi dan dipaksa harus tinggal dibumi, aku dipaksa harus makan, tidur, buang hajat! Aku dipaksa merasa bahagia, sedih, marah. Lalu pada suatu ketika, dibuatlah aku merasakan cinta. Hukum alamiah seperti apa yang melekat ini? Masa lalu seperti apa yang ditanggung bumi?
Pukul 5 pagi
Aku bangun dari suatu mimpi, mimpi ketika aku hidup di bumi. Rasanya lama, tapi ternyata seluruhnya lenyap seketika pejaman mata ini terbangun. Seseorang mendatangiku dari sebuah cahaya pagi buta berhiaskan langit-langit yang berbeda dari sebelumnya. (Kau belum tahu langit-langit seperti apa itu karena pemandangan ini tidak ada di bumi.) Aku tidak yakin apakah kata 'seseorang' masih cocok digunakan, tapi biarlah kita gunakan kata-kata itu untuk menyederhanakan. Seseorang menepuk tangan, aku keheranan. Aku tidak suka, pagi-pagi buta seperti ini aku disuruh mikir. Aku baru saja bangun, masih terlalu dini untuk semua ini. Seseorang lenyap, bersamaan dengan aku.
Pukul 12 siang
Segalanya berjalan lancar, sesuai hukum alam. Aku dipaksa hidup, aku dipaksa jatuh keatas. Kurasa segalanya teratur, sesuai dengan apapun itu yang dikehendakinya. Aku pernah jadi manusia dan aku tidak tahu apa aku ini setelahnya. Dan kali ini, aku cuma merasakan 1 hal, aku rindu yang amat sangat. Padamu, pada kita, dan pada segala yang jahat, gelap, dan berontak.
***
DPK, 1 Juli
***
DPK, 1 Juli
0 Komentar