Yeay, akhirnya bisa posting tentang buku yang kubaca lagi. Di masa perkuliahan daring, dimana tugas berderet layaknya antrian sembako murah--aku senang aku bisa membaca sebuah buku sampai habis. Terima kasih kepada seorang teman yang telah merekomendasikan dan memberikan buku-bukunya untukku. 💙

Buku yang kubaca kali ini judulnya 'The Lonely Anarchist Memoar di Balik Penjara' oleh Fumiko Kaneko. Buku memoar yang ia tulis saat dirinya di penjara karena melawan imperialisme Jepang. Buku ini ia tulis awalnya berjudul ‘Apa yang membuatku melakukan apa yang aku lakukan’ yang ditujukannya kepada hakim di persidangan. Ia lalu mengirimkannya ke seorang kerabat dan berharap untuk diterbitkan semata-mata untuk “membantu membuat mereka memahamiku lebih baik” kata-kata yang juga dia sematkan di Kata Pengantar buku.

Sinopsis:

Fumiko Kaneko terlahir di Jepang dengan Ayah yang adalah seorang mantan polisi pemabuk dan Ibu bekerja sebagai buruh. Sedari kecil kehidupan Kaneko selalu dirundung kemalangan; tidak bisa bersekolah, dianggap tak pantas menyandang marga ayahnya, orangtuanya berpisah tanpa pernah memberi kehidupan yang layak, bahkan ibunya sempat akan menjual Kaneko ke tempat prostitusi.

Kehidupan yang penuh lika-liku dan segala kesengsaraan itu harus dihadapi Kaneko seorang diri dengan hanya bertemankan sepi. Itulah yang membentuk dirinya menjadi sosok anarkis nihilis. Kesunyiaan Kaneko memuncak saat dia dan Park Yeol, seorang pria yang membuat Kaneko terkesima dengan puisinya yang berjudul Anjing Liar, dipenjarakan terpisah. Dalam kesendirian itulah dia menulis memoar di balik penjara ini.

Bagi Kaneko, hal yang perlu digapai adalah kebebasan dan kepuasannya; tiada yang lain selain diri sendiri; dan hanya menjadi dirinya sendiri.

***

Keren, mungkin itu kata yang cocok untuk menggambarkan perasaanku setelah membaca buku ini. Memoar yang ditulis oleh seorang perempuan yang menjalani hidup penuh kemalangan. Lahir dari keluarga miskin dengan perangai ayah yang kejam dan pecandu alkohol juga ibu yang berganti-ganti suami karena tidak bisa menafkahi diri yang pernah mencoba menjualnya ke prostitusi.

Kaneko kecil yang malang hidup dengan perasaan yang hancur, terlebih saat dia harus menjalani 7 tahun hidupnya dalam genggaman nenek dan keluarga yang kejam di Korea, diperlakukan layaknya sampah dan diperas tenaganya untuk menjadi pembantu tanpa upah di keluarganya sendiri. Kaneko sangat miskin, hampir tidak berpendidikan, dipukuli, kelaparan, dilecehkan, namun berhasil menempuh jalannya ke posisi yang penting secara politik dan sejarah.


Ya, aku bersyukur untuk Ayah, Ibu, Kakek-nenek, Paman, Bibi, akan nasib yang menentukan bahwa aku tidak dilahirkan dalam keluarga kaya, kepada semua yang membuatku sangat menderita. Aku juga bersyukur karena walaupun, aku dibesarkan diantara orang-orang itu, namun tidak menginginkan apa-apa, karena bisa saja aku hanya akan berakhir dengan meniru pandangan, karakter, dan cara hidup orang-orang yang kubenci dan hina itu, kemudian tidak akan pernah menemukan diriku sendiri. (The Lonely Anarchist, 179) 


Memoar ini adalah cerita hidup yang gamblang, menjelaskan bagaimana transformasi pemikiran seorang Kaneko kecil hingga dewasa. Pembaca disuguhi pengalaman nyata yang melatarbelakangi seorang Kaneko akhirnya menjadi seorang Anarkis Nihilis. 

Dia seorang Anarkis nihilis, yang dipengaruhi Max Stirner, Mikhail Artsybashev, Nietzsche dan Kropotkin. Meski pendidikan pas-pasan, dia rakus membaca dan terpapar pula beragam gagasan dari Bergson, Herbert Spencer, serta Hegel. 

Dia selalu tidak mempercayai segala bentuk aktivisme. Kaneko percaya bahwa menegaskan diri adalah cara terbaik untuk melawan politik, bahwa anarki dapat bersifat individualistis, bahwa masyarakat adalah sebuah kehampaan yang melolong di mana yang kuat melahap yang lemah.


Sosialisme berusaha mengubah masyakat demi massa yang tertindas, tetapi apakah yang akan dicapai benar-benar untuk kesejahteraan mereka? Sosialisme menciptakan pergolakan sosial “untuk massa” dan massa akan mempertaruhkan hidup dalam perjuangan bersama. Tetapi, apa artinya perubahan selanjutnya bagi mereka? Kekuasaan akan berada di tangan para pemimpin massa, dan tatanan masyarakat baru akan didasarkan pada kekuatan itu; massa tidak akan menjadi apa-apa selain budak didalamya. Apa itu revolusi, jika hanya mengganti satu kekuatan dengan kekuatan lain?. (The Lonely Anarchist, halaman 256) 


Satu-satunya tindakan yang layak, pikirnya, adalah "mempertaruhkan nyawanya" untuk memberontak melawan otoritas. Di penjara, dia menulis bahwa kematian adalah kebebasan” 


Buku ini menarik bagiku, karena berasal dari sudut pandang seorang perempuan. Apalagi aku juga ikut merasakan bagaimana gairahnya untuk merebut kembali dunianya yang telah direnggut. Ada bagian yang aku suka tentang bagaimana ia menjelaskan kisah asmaranya dengan beberapa lelaki yang berbeda-beda. Belajar dari pengalaman asmaranya, Kaneko menyimpulkan bahwa "orang pergerakan", semuanya, penuh omong kosong. Bahkan yang katanya Kiri, tak lepas dari hipokrit dan fuckboy, malah lebih buruk. Hihih😬

Kisah petualangan asmara berakhir saat ia bertemu seorang Pria yang memikat hatinya bernama Park Yeol. Dalam memoarnya, Kaneko menulis dengan penuh gairah saat menceritakan perkenalannya dengan Park Yeol. Awal perkenalan Kaneko dengan Park Yeol adalah saat dia membaca sebuah puisi yang Park Yeol terbitkan dalam sebuah pamflet sosialis delapan halaman berjudul ‘Anjing Liar’, dan tertegun oleh keindahan dan kekuatan kata-katanya. "Aku merasa seperti baru saja menemukan di sini, dalam puisi ini, sesuatu yang kucari," ungkapnya pada seorang teman.


 

Fumiko Kaneko & Park Yeol


Memoarnya berakhir sebelum aktivitas politik mereka benar-benar dimulai; Di adegan terakhir, saat dia melihat Park pergi untuk tinggal dengan teman yang lain, dia berpikir dalam hati, Aku tidak akan pernah membiarkanmu menderita penyakit atau hal-hal seperti itu. Kalau kamu mati, aku akan mati bersamamu. Kita akan hidup bersama dan matipun begitu. –END- 

Sejauh yang kutahu, Park dan Fumiko membentuk sebuah kelompok kecil yang sebagian besar terdiri dari nihilis dan anarkis Korea yang disebut Futeisha (“masyarakat yang tidak puas”) dan melancarkan berbagai aksinya hingga ia berdua mendekam dalam penjara terpisah. Kelanjutan aksi kehidupannya dirangkum dalam film adaptasi berjudul ‘Anarchist from Colony’ yang disutradai oleh Lee Joon Ik. (aku belum nonton :)) 

(*) Buku ini lumayan bikin aku tambah semangat. Penderitaan yang kuhadapi tidak sebanding dengan penderitaannya. Tapi dia tidak menyerah, memilih untuk tetap hidup, dan berusaha. Aku juga harus bisa! Semangat semangat!


The Lonely Anarchist Memoar di Balik Penjara | Fumiko Kaneko | 274 Halaman | Ficus Publishing | Cetakan Pertama, 2020